Seperti kisah menyayat hati, para penggemar Jobs sedih mengetahui pria ini tak pernah memiliki kesempatan bertemu pria yang memberi dunia visioner komputer ini. Kini, penulis biografi Jobs, Walter Isaacson, mengungkap CEO Apple ini bertemu beberapa kali tanpa ayahnya.
Saat Jobs diberitahu mengenai pertemuan kebetulannya, ia mengatakan tak ingin ayahnya mendengar mengenai hal ini karena ia telah melakukan beberapa penelitian pada dirinya dan ‘tidak suka dengan apa yang ia ketahui’. Dalam salah satu dari banyak pencerahan dari kehidupan menarik dan kompleks sang jenius komputer, Isaacson mengatakan, Jobs bertemu ayahnya beberapa kali di akhir 1980an.
Pertemuan terjadi sebuah restoran Mediterania populer yang kemudian ia miliki di Silicon Valley. Jobs yang diadopsi sejak bayi menemukan, ia memiliki saudara perempuan setelah melacak keberadaan ibunya yang sebenarnya. Saat bertemu dan terikat dengan adiknya, Mona Simpson, keduanya memutuskan untuk mencari ayahnya.
Dalam sebuah wawancara di 60 Minutes CBS, Jobs mengatakan, “Saat mencari ibu kandung saya, jelas saya juga mencari ayah biologis saya dan saya mulai mengetahui siapa dia dan saya tak begitu menyukainya. Saya meminta ibu untuk tidak mengatakan pada ayah bahwa kami pernah bertemu.”
Sungguh menakjubkan, saya pernah ke restoran itu beberapa kali dan ingat pernah bertemu pemiliknya yang botak dan berasal dari Suriah, kami bahkan berjabat tangan, katanya. Jobs memberi akses penuh Isaacson pada teman dan keluarga untuk biografinya, bahkan ia mau melakukan lebih dari 40 wawancara yang sebagian besar direkam.
Pendiri Apple ini terkenal sangat tertutup pada kehidupan bisnis dan pribadinya bahkan ia mengaku menyesali keputusannya menunda operasi kanker demi obat bergaya timur. Tak hanya itu, lebih mengejutkan saat diketahui jenis kanker pankreas Jobs ‘tumbuh sangat lambat’ dan ‘sebenarnya bisa disembuhkan,’ namun ia memilih untuk tidak operasi selama sembilan bulan hingga keputusannya operasi sudah terlambat, papar Isaacson.
Menanggapinya Jobs mengatakan, “Saya tak ingin tubuh saya dibuka. Saya tak ingin dilanggar dengan cara itu”. Gantinya, ia mencoba diet vegan, akupunktur, obat herbal dan perawatan lain yang ia temukan di online, dan bahkan berkonsultasi dengan psikis.
Biografi ini juga menjelaskan bagaimana Steve Jobs sering diganggu di sekolah dan berhenti ke gereja pada usia 13. Saat ia melihat anak-anak kelaparan di sampul majalah Life, ia bertanya pada pendeta sekolah apakah Tuhan tahu apa yang akan terjadi pada mereka.
Sejak itu, Jobs tak pernah kembali ke gereja meski ia mempelajari Zen Buddhisme kemudian. Isaacson mengatakan, Jobs dulu berpikiran, peluang keberadaan Tuhan adalah 50-50. Jobs juga menentang konsumsi mencolok yang membuat karyawan Apple berubah menjadi ‘orang aneh’ saat menjadi kaya.
Ayah empat anak ini mengatakan mengenai Bill Gates, “Ia akan menjadi pria yang lebih besar jika pergi ke ashram saat masih muda.” Kemudian ia mengatakan pula, Bill pada dasarnya tak imajinatif dan tak pernah menciptakan sesuatu, itulah sebabnya saya pikir ia lebih nyaman dalam filantropi dibanding teknologi.
“Ia tak malu merobek gagasan orang lain,” katanya. Raksasa Microsoft kabarnya mengaku terpesona Steve Jobs namun raksasa itu menemukan Jobs ‘aneh secara fundamental’ dan ‘cacat sebagai manusia’.
Tak hanya itu, Microsoft mengatakan, Jobs memiliki kecenderungan ‘kritikus pedas atau baik saat mencoba merayu Anda’. Isaacson sendiri merupakan satu-satunya penulis biografi Jobs yang memiliki cukup akses dan berhasil melakukan lebih dari 40 wawancara. [mdr]
1 komentar:
Barangkali bill gates asyik dengan dunia filantropi karena terdesak melakukan monopoli. Namun demikian, memang benar adanya apa yang dikatakan oleh steve jobs
Posting Komentar